Kesimbangan Sepakbola dan Pendidikan Ala Rapahel Maitimo

Jakarta - Raphael Guillermo Eduardo Maitimo lahir dan besar di Belanda. Tapi darah Indonesia tak pernah benar-benar hilang dari tubuhnya. Bergabung bersama tim nasional, sarjana ekonomi itu punya cita-cita besar untuk diraih bersama Skuat Garuda.

Maitimo menjadi salah satu dari beberapa pemain naturalisasi yang masuk dalam skuat Indonesia dalam setidaknya tiga tahun terakhir. Meski lahir di Rotterdam, Belanda, dia masih menyimpan darah Indonesia yang didapat dari ibunya, Nora Maitimo.

Lahir, tumbuh besar dan lantas memulai karier sepakbola di Belanda, Maitimo sejak awal punya impian untuk memperkuat Indonesia di ajang internasional. Maka saat ada klub lokal yang menyatakan tertarik, Maitimo tak butuh waktu panjang untuk memikirkannya. Di tahun 2010 dia memilih meninggalkan Belanda dan bergabung dengan Bali Devata yang berlaga di Indonesia Premier League.

Namun Maitimo kemudian harus menunggu kebih lama untuk bisa menjadi anggota skuat Indonesia. Keinginan masuk tim nasional untuk berlaga di Piala AFF 2010 gagal terlaksana karena proses naturalisasinya tersendat. Baru dia tahun kemudian dia bisa menjalani debut dalam seragam Merah Putih, juga di turnamen Piala AFF.

Penantian panjang Maitimo untuk masuk timnas terbayar tuntas kala itu. Dipasang sebagai starter, dia mencetak gol di laga perdananya. Menggunakan kepalanya dia menjebol gawang Laos, yang sekaligus menjadi gol penyama Indonesia.

"Saya sangat senang karena bisa membayar kepercayaan pelatih di pertandingan ini," sahut Maitimo usai menjalani debut ketika itu.



Membela Indonesia di kompetisi internasional sudah menjadi pilihan Maitimo bahkan sejak dia masih kecil. Meski sempat membela Belanda junior untuk tingkat U-15, U-16, U-17, dan U-18, keinginan untuk masuk tim nasional Indonesia tak pernah padam. Apalagi sedari kecil dia kerap mendengar cerita tentang tanah leluhur dari kedua orang tuanya John Maitimo dan Nora Maitimo.

Maitimo memulai langkahnya di Feyenoord Rotterdam Jr, di mana dia merasakan bermain bersama Robin van Persie, Arjen Roben dan Nigel de Jong. Kemudian Maitimo memperkuat FC Dordrecht di tahun 2004.

Berturut-turut dia kemudian terdaftar sebagai anggota skuat NAC Breda (2005) dan Feyenoord Rotterdam (2006-2008). Di tahun 2009 Maitimo memutuskan mencoba peruntungan di Asia bersama Beijing Aigo. Satu musim merasakan atmosfer sepakbola tier kedua di China dia lantas menerima pinangan Bali Devata. Penyuka warna biru itu kemudian kembali meninggalkan Indonesia untuk memperkut VV Capelle, hingga kemudian meneken kontrak bersama Mitra Kukar.

Sebagaimana banyak pesepakbola Eropa yang sadar akan pentingnya pendidikan, pun begitu dengan Maitimo. Dia saat ini sudah mengantongi ijazah sarjana ekonomi dengan bidang studi Manajemen dan pemasaran dari HR University of Rotterdam.

"Saya keluar biaya sendiri lho, bukan beasiswa. Orang tua saya sih memberikan dukungan yang luar biasa kepada saya. Segalanya, bukan hanya ke pendidikan. Saya sendiri juga seorang yang ambisius," kata Maitimo.

Dia pun bersyukur bisa merampungkan pendidikan formalnya dengan cukup baik. Dia sendiri baru tahu kalau kesempatan mengecap pengalaman di bangku kuliah ternyata tak banyak dipunya pemain sepakbola di Indonesia.

"Untuk bisa menyeimbangkan pendidikan dan sepakbola itu tidak gampang. Kuncinya kerja keras. Itu saja," ujar pecinta warna biru itu.

Kerja keras itu pula yang disodorkan Maitimo kepada barisan pelatih timnas saat ini. Dia bertekad untuk tetap menjadi bagian pasukan Merah Putih. Maitimo berharap pengalaman bersama tim utama di timnas U-23 dan timnas Piala AFF terus berlanjut.

Sekarang Maitimo sudah merasa lebih nyaman di timnas. Nyaris tak ada kendala komunikasi. Pelatih timnas, Jacksen F. Tiago tak melulu menggunakan bahasa untuk memberi instruksi pemain. Sebaliknya, Maitimo juga sudah lebih lancar ngobrol dengan bahasa Indonesia.

"Teman-teman satu tim juga menyenangkan. Mereka tak hanya melatih bahasa tapi juga berbicara logat Jakarta. Itu menyenangkan," sahutnya menceritakan pengalaman di timnas.

Dengan komunikasi yang lebih mudah Maitimo berharap bisa berkontribusi lebih baik lagi untuk timnas. Saling tukar ilmu pun kian lama kian mudah dilakukan.

"Kalau prestasi timnas naik, suporter juga akan lebih senang memberikan dukungan," kata penyuka gado-gado itu.

Kesimbangan Sepakbola dan Pendidikan Ala Rapahel Maitimo Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown